Ini cerita nyata yang saya alami… Begini… Tahun lalu sebelum pandemi saya pernah jual mangga. Saya dapat tawaran menjual mangga dari kakak kelas saya yang tinggal di Cirebon. Katanya sebelum panen raya, ini adalah waktu terbaik jualan mangga. Singkat cerita, dikirimlah satu peti mangga sekitar 30 kg berisi mangga arum manis dan mangga cengkir. Hanya karena saya bingung mau jual ke mana, rasanya hampir tidak laku itu mangga nongkrong di rumah, hehehe.
Mengingat pengalaman itu, saya berpikir tidak berbakat jualan mangga. 😅
Hingga sekitar 3 minggu lalu, supplier Sandal saya menawarkan untuk jualan mangga.
Mangga lagi? 😅 Dalam hati saya.
Tapi karena supplier sekaligus sahabat saya ini meyakinkan bahwa mangga ini manis dan unik, dijamin mantap, Mangga Aplukat namanya. Tidak dijual bebas di pasaran seperti mangga arum manis.
Ternyata…
Mangga yang dijual per-DUS isi sekitar 4,3 sampai 4,8 kg itu…
- Minggu pertama terjual 20 dus
- Minggu kedua terjual 58 dus
- Minggu ketiga terjual 46 dus
- Semua dikirim ke jabodetabek berbagai alamat
WOOW… Amazing… Pengalaman yang tahun lalu 1 peti 30 kg saja tidak laku laku, sekarang sudah lebih dari 400 kg laris manis.
Mengapa hal itu bisa terjadi??
- Yang pasti semua atas izin Allah, Alhamdulillah.
- Saya tidak jual sendirian, tapi dibantu oleh puluhan reseller.
- Merekrut reseller pun dilakukan hanya dalam waktu 3-5 hari saja, tanpa babibu. Langsung saya tawarkan ke ratusan orang dan puluhan grup WA.
- Saya juga menggunakan tools untuk membina hubungan dan komunikasi dengan para reseller. Karena mereka tidak selalu simak grup WA, harus dijapri juga sesekali.
Dan salah satu pelajaran yang saya dapatkan adalah, kita tidak perlu memaksakan harus menjual produk yang biasa kita jual. Di saat pandemi seperti ini, maka apa saja yang bisa kita jual dan menghasilkan keuntungan asal HALAL dan LEGAL, jual lah. Jangan pakai gengsi dan jangan pakai malu.
Juragan Sandal kok jual mangga?? Siapa takut.
Elang Yudantoro